NEUROGLIA
Hal – hal yang menarik :
·
Jenis dan komponen sel glia
·
Pada susunan saraf pusat selubung mielin
dibentuk oleh sel oligodendroglia sedangkan pada susunan saraf tepi dibentuk
oleh sel Schwann.
·
Dengan mikroskop elektron terlihat bahwa
mielin merupakan suatu seri lapisan konsentris membran plasma sel Schwann atau
oligodendroglia.
·
Fungsi selubung mielin adalah seperti
insulator pada kawat listrik. Arus listrik meloncat dari dari nodus Ranvier
yang satu ke nodus Ranvier berikutnya dengan sangat cepat (saltatory
conduction). Dengan demikian kecepatan rambat saraf listrik pada saraf yang
bermielin jauh lebih cepat dibandingkan dengan serat saraf tanpa mielin.
·
sel ependim berfungsi sebagai sel
punca neuron dengan potensi membentuk tidak saja sel glia lain tetapi juga
neuron.
·
Sel Schwann (bahasa Inggris: Schwann
cell, neurolemmocyte) adalah sejenis sel glial yang
disebut menurut nama seorang ilmuwan Jerman yaitu Theodor Schwann.
Pertanyaan – pertanyaan yang muncul :
·
apa saja komponen terpenting
pada sel glia?
·
apakah ada lagi komponenen
yang lebih kecil dari susunan terkecil sel glia?
·
bagaimana sistem kerja sel
glial secara umum ?
·
apakah keempat sel glia pada
sistem saraf pusat memiliki siste kerja tersendiri secara spesifik ?
Gagasan yang muncul :
Ternyata
Neuroglia adalah sel penyokong untuk neuron-neuron SSP, sedangkan sel Schwann
menjalankan fungsi tersebut pada SST. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan
medula spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan
perbandingan sekitar 10:1. Sel glia berfungsi sebagai jaringan ikat SSP dan
karenanya membantu menunjang neuron baik secara fisik maupun metabolik. Sel-sel
ini secara homeostatis mempertahankan komposisi lingkungan ekstrasel khusus
yang mengelilingi neuron di dalam batas-batas sempit yang optimal bagi
fungsi neuron. Selain itu, sel-sel ini secara aktif memodulasi sinaps dan
kini dianggap sama pentingnya seperti neuron dalam proses belajar dan mengingat.
Kini kita akan melihat peran spesifik 4 tipe utama sel glia di SSP-astrosit,
oligodendrosit, mikroglia, dan sel ependim.
Hal – hal baru yang diperoleh :
·
pengertian neuroglia
·
jenis neuroglia
·
komponen neuroglia
·
system kerja neuroglia
·
komponen serta proses yang lebih spesifik
dari selubung myelin
·
spesifik Sel Schwann
Latar Belakang
Sistem
saraf adalah suatu jalinan yang kompleks sangat khusus dan saling berhubungan
satu dengan yang lain.
Fungsi dari system saraf adalah
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitar. Semua aktivitas kehidupan manusia dikontrok oleh system
saraf dan dikoordinasikan oleh system musculoskeletal untuk dapat bergerak.
Terdapat
2 komponen system saraf, yaitu neuron dan neuroglia.
Neuron adalah struktur yang kompleks dan
merupakan system komunikasi utama tubuh manusia, memiliki berbagai macam
bentuk.
Sedangkan
neuroglia adalah merupakan tempat suplai nutrisi dan proteksi pada neuron.
Neuroglia merupakan unsure seluler dari susunan saraf yang tidak menghantarkan
system saraf. Jumlah neuroglia bertambah seiring dengan aktivitas dari neuron.
Sekitar 90% di dalam SSP bukanlah neuron tetapi sel
glia atau neuroglia. Meskipun berjumlah besar, sel glia hanya
menempati sekitar separuh dari volume otak karena sel ini tidak membentuk
cabang sebanyak yang dimiliki oleh neuron.
Jenis dan komponen sel glia
Neuroglia
( berasal dari kata ‘nerve glue’ ) yang pertama kali diperkenalkan
oleh Rudolf Virchow pada tahun 1854.Neuroglia tersusun atas berbagai
macam sel yang secara keseluruhan menyokong, melindungi dan berperan sebagai
sumber nutrisi bagi sel saraf (Neuron), baik pada susunan saraf
pusat (SSP) maupun pada susunan saraf tepi (SST). Sel-sel glia memegang
peranan sangat penting dalam menunjang aktivitas neuron. Sel ini sangat penting
bagi integritas struktur sistem saraf dan bagi fungsi normal neuron.
Neuroglia
adalah sel penyokong untuk neuron-neuron SSP, sedangkan sel Schwann menjalankan
fungsi tersebut pada SST. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medula
spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan
perbandingan sekitar 10:1. Tidak seperti neuron, sel glia tidak membentuk
atau mengeluarkan impuls saraf. Sel ini berkomunikasi dengan neuron dan di
antara mereka sendiri melalui sinyal kimiawi. Selama beberapa waktu sejak
penemuannya pada abad ke-19, sel glia dianggap oleh para ilmuwan adalah “semen”
pasif yang secara fisik menopang neuron yang secara fungsional penting. Namun,
dalam decade terakhir, beragam peran penting yang dimiliki oleh sel ini mulai
terungkap. Sel glia berfungsi sebagai jaringan ikat SSP dan karenanya membantu
menunjang neuron baik secara fisik maupun metabolik. Sel-sel ini secara
homeostatis mempertahankan komposisi lingkungan ekstrasel khusus yang
mengelilingi neuron di dalam batas-batas sempit yang optimal bagi
fungsi neuron. Selain itu, sel-sel ini secara aktif memodulasi sinaps dan
kini dianggap sama pentingnya seperti neuron dalam proses belajar dan
mengingat.
Ada 2 jenis sel glia :
1. Sel
glia pada sistem saraf pusat
2. Sel
glia pada sistem saraf tepi
A. SEL GLIA DI SISTEM SARAF
PUSAT
Di dalam sistem saraf pusat, terdapat empat sel glia :
1. Astrosit
Astrosit yang diberi nama
demikian karena berbentuk seperti bintang
(astro artinya “bintang”, sit artinya“sel”), adalah sel
glia yang paling banyak. Sel ini memliki fungsi penting, diantaranya :
a. Sebagai
“lem” (glia artinya “lem”) utama SSP, astrosit menyatukan
neuron-neuron dalam hubungan ruang yang benar.
b. Astrosit berfungsi sebagai
perancah untuk menuntun neuron ke tujuan akhirnya selama perkembangan otak
masa janin.
c. Sel-sel glia ini memicu
pembuluh darah halus otak menjalani perubahan anatomik dan fungsional yang
berperan dalam pembentukan sawar darah-otak suatu pembatas sangat selektif
antara darah dan otak yang akan segera dibahas secara lebih detail.
d. Astrosit penting dalam
perbaikan cedera otak dan dalam pembentukan jaringan paru saraf.
e. Sel ini berperan dalam
aktifitas neurontransmitter. Astrosit menyerap dan menguraikan glutamat dan
asam gama-amino butirat (GABA), yang masing-masing adalah neurotransmitter
eksitatorik dan inhibitorik, sehingga kerja pembawa-pembawa pesan kimiawi ini
terhenti.
f.
Astrosit menyerap kelebihan K+ dari CES otak ketika
aktivitas potensial aksi yang tinggi menglahkan kemampuan pompa
Na+ - K+mengembalikan K+ yang keluar kedalam neuron.(Ingatlah
bahwa K+ meninggalkan neuron ketika fase turun potensial
aksi). Dengan menyerap kelebihan K+, astrosit membantu mempertahankan
konsentrasi ion CES otak yang sesuai agar eksitabilitas saraf normal. Jika
kadar K+ di CES otak dibiarkan meningkat maka gradien konsentrasi K+ yang
berkurang antara CIS neuron dan CES sekitar akan menurunkan membran neuron
mendekati ambang, bahkan saat istirahat. Hal ini akan meningkatkan kepekaan
otak terhadap rangsangan. Pada kenyataannya peningkatan konsentrasi K+ CES
otak mungkin merupakan salah satu faktor yang berperan dalamlepas muatan
konvulsif eksplosif sel otak yang terjdi selama bangkitan (seizure) epileptik.
g. Dalam
penelitian-penelitian terakhir astrosit bersama dengan sel glia lain
diketahui meningkatkan pembentukan sinaps dan memodifikasi transmisi sinaps.
Astrosit berkomunikasi dengan neuron dan dengan astrosit lain melalui sinyal
kimiawi dengan dua cara. Pertama, ditemukan adanya taut celah antara
astrosit-astrosit itu sendiri dan antara astrosit dan neuron. Sinyal kimiawi
dapat berjalan langsung antara sel-sel melalui saluran penghubung kecil ini
tanpa masuk ke CES sekitar. Kedua, astrosit memiliki reseptor untuk
neurotransmitter glutamat yang sering dikeluarkan oleh neuron. Selain itu, pada
sebagian kasus, pembentukan potensial aksi neuron di otak memicu pelepasan
ATP bersama dengan neurotransmitter klasik dari terminal akson.Pengikatan
glutamat ke reseptor astrosit dan/atau deteksi ATP ekstrasel oleh astrosit
menyebabkan influks kalsium ke dalam sel glia ini. Peningkatan kalsium intrasel
kemudian mendorong astrosit itu sendiri mengelurkan ATP sehingga sel-sel glia
sekitar menjadi aktif. Dengan cara ini, astrosit berbagi informasi dengan
aktivitas potensil aksi suatu neuron di sekitarnya. Karena itu, astrosit dapat
berkomunikasi dengan sesamanya melalui pertautan antar-astrosit di taut
celah dan melalui perambatan gelombang kalsium. Lebih lanjut,
astrosit dan sel glia lain juga dapat mengeluarkan neurotransmitter yang sama
dengan yang dikeluarkan oleh neuron, serta sinyal kimiawi lain. Bahan-bahan
kimia ekstrasel yang dikeluarkan oleh sel glia ini dapat memengaruhi
eksitabilitas neuron dan memperkuat aktivitas sinaps, misalnya dengan
meningkatkan pelepasan neurotransmitter oleh neuron atau mendorong pembentukan
sinaps baru. Modulasi aktivitas sinaps oleh sel glia kemungkinan besar
penting dalam ingatan dan belajar. Para ilmuan kini mencoba
memilah-milah “percakapan” dua arah yang terjadi antara sel glia dan neuron
karena dialog ini berperan penting dalam memproses informasi di otak.
Terdapat dua jenis astrosit :
a. Astrosit
protoplasmatis terdapat banyak pada substantia grisea. Sel-sel ini mempunyai
tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang meluas dari seluruh permukaan sel.
Kadang-kadang tonjolan tersebut berakhir pada pembuluh darah kecil sebagai
cabang-cabang yang lebih kecil membentuk "perivascular feet". Di
dalam sitoplasmanya dapat diperlihatkan butir-butir yang dinamakan gliosom.
b. Astrosit
fibrosa sebaliknya terdapat lebih banyak dalam substanstia alba. Perbedaannya
dengan astrosit protoplasmatis dapat dilihat dari tonjolan-tonjolannya yang
lebih panjang dan lurus dengan sedikit percabangan. Di dalam tonjolan-tonjolan
tersebut terdapat gambaran filamen.
2. Oligodendrosit
Oligodendroglia bentuknya lebih kecil daripada astrosit dengan
cabang sitoplasmanya lebih pendek dan jumlah cabang sedikit (oligo=
sedikit). Intinya kecil, dan sitoplasma disekitar inti sedikit, tampak
sebagai pinggiran perinuklear. Mengandung ribosom, kompleks Golgi, mikrotubulus
dan neurofilamen.
Sel ini terutama ada di substansia grisea yang berhubungan erat
dengan perikarion neuron (sel-sel satelit perineuronal) dan di substansia alba
dalam jumlah yang sedikit yang terletak di antara berkas-berkas akson. Lainnya
terletak dekat dengan pembuluh darah (perivaskular).
Fungsi oligodendroglia adalah membentuk selubung
mielin di SSP dan sebagai sel penyokong. Cabang sitoplasma yang serupa daun
dari badan-badan sel meluas melingkar mengitari serat-serat saraf secara
spiral. Tiap oligodendroglia mempunyai beberapa cabang sehingga dapat membentuk
sarung-sarung myelin disekitar beberapa serat-serat saraf yang berdekatan.
Oligondendrosit membentuk selubung mielin insulatif disekitar
akson SSP. Oligodendrosit memiliki beberapa juluran memanjang yang
masing-masing membungkus (seperti dadar gulung) sepotong akson antarneuron
untuk membentuk segmen mielin.
Oligodendroglia atau oligodendrosit seperti astrosit memiliki
silinder sitoplasma yang panjang danmerupakan sel glia yang bertanggung
jawab menghasilkan myelin dalam SSP. Setiap oligodendroglia mengelilingi
beberapa neuron dan membrane plasmanya membungkus tonjolan neuron sehingga
membentuk selubung mielin. Mielin pada SST dibentuk oleh sel
Schwann. Fungsi pada oligodendrosit adalah membentuk selubung mielin di SSP.
3. Mikroglia
Mikroglia adalah sel pertahanan imun SSP. Sel “pembersih” ini
adalah “sepupu” monosit, sejenis sel darah putih yang meninggalkan darah dan
membentuk lini pertama pertahanan di berbagai jaringan di seluruh tubuh.
Mikroglia berasal dari jaringan sumsum tulang yang sama dengan yang menghaslkan
monosit. Selama perkembangan masa mudigah, bermigrasi ke SSP, tempat sel-sel
ini berdiam diri sampai diaktifkan oleh infeksi atau cedera.
Dalam keadaan istirahat, mikroglia adalah sel “berbulu” dengan
banyak cabang panjang yang memancar keluar. Mikroglia dalam keadaan istirahat
bukan sekedar sel pengawas. Sel ini mengeluarkan faktor-faktor pertumbuhan
dalam konsentrasi yang rendah, misalnya faktor pertumbuhan saraf, yang membantu
neuron dan sel glia lain bertahan hidup dan tumbuh. Jika terjadi masalah di
SSP, mikroglia menarik cabang-cabangnya, membulat, dan menjadi sangatmobile,
bergerak menuju daerah yang bermasalah untuk menyingkirkan semua benda asing
atau sisa jaringan. Dalam keadaan aktif, mikroglia mengeluarkan bahan-bahan
kimia dekstruktif untuk menyerang sasaran mereka.
4. Sel Ependim
Sel Ependim melapisi bagian dalam rongga-rongga berisi cairan di
SSP. Ketika system saraf berkembang pada masa mudiga dari tabung saraf
berongga, rongga sentral awal pada tabung ini dipertahankan dan dimodifikasi
untuk membentuk ventrikel dan kanalis sentralis. Ventrikel terdiri dari empat
rongga yang saling berhubungan didalam interior otak serta juga bersambungan
dengan kanalis sentralis sempit yang membentuk terowongan dibagian tengah
medulla spinalis. Sel-sel ependim yang melapisi ventrikel ikut membentuk cairan
serebrospinal,suatu topik yang akan segera kita bahas. Sel-sel ependim adalah
salah satu dari beberapa jenis sel yang memiliki silia. Gerakan silia sel
ependim ikut berperan mengalirkan cairan serebrospinal diseluruh ventrikel.
Yang menarik, riset-riset baru berhasil menemukan sel ependim
yang sama sekali berbeda : sel ini berfungsi sebagai sel punca neuron
dengan potensi membentuk tidak saja sel glia lain tetapi juga neuron. Pandangan
tradisional telah lama menganggap bahwa otak dewasa tidak membentuk neuron
baru. Kemudian pada akhir 1990 an, para ilmuwan menemukan bahwa neuron-neuron
baru ternyata terbentuk disatu terbatas, yaitu dibagian tertentu
hipokampus,suatu struktur yang penting untuk belajar dan megingat. Neuron
dibagian otak lainnya dianggap tidak dapat digantikan. Tetapi penemuan bahwa
sel ependim adalah prekurser bagi neuron-neuron baru mengisyaratkan bahwa otak
dewasa memiliki potensi lebih besar untuk memperbaiki bagian yang rusak
daripada yang selama ini dianggap. Saat ini belum ada bukti bahwa otak secara
spontan memperbaiki diri setelah gangguan yang merusak neuron misalnya trauma
kepala,stroke,penyakit neurodegenaratif. Tampaknya sebagian besar daerah otak
tidak dapat mengaktifkan mekanisme untuk mengganti neuron yang hilang,mungkin
karena : “campuran” bahan-bahan kimia penunjang yang diperlukan tidak tersedia.
Fungsi sel ependim adalah melapisi bagian dalam rongga otak dan medulla
spinalis, ikut membentuk cairan serebrospinal, berfungsi sebagai sel
puncaneuron dengan potensi membentuk neuron dan sel glia baru.
B. SEL GLIA DI SISTEM
SARAF TEPI
Sel Schwann
Sel Schwann (bahasa Inggris: Schwann cell, neurolemmocyte) adalah sejenis sel
glial yang disebut menurut nama seorang ilmuwan Jerman yaitu Theodor Schwann. Pada akson sistem saraf tepi, sel Schwann memungkinkan
terjadinya transduksi sinyal elektrik daridendrit menuju terminal akson, dengan melilitkan membran plasmanya secara konsentrik
sepanjang akson yang dikenal sebagai selubung mielin. Pada sistem saraf pusat, selubung mielin
terbentuk oleh oligodendrosit. Sel Schwann sebagai
neuron unipolar, sebagaimana oligodendrosit,
membentukmielin dan neurolemma pada
SST. Neurolema adalah membran sitoplasma halus yang dibentuk
oleh sel–sel Schwann yang membungkus serabut akson neuron dalam SST, baik yang
bermielin maupun tidak bermielin. Neurolema merupakan struktur penyokong dan
pelindung bagi serabut akson.
SELUBUNG MIELIN
Selubung mielin adalah lapisan yang melingkari akson secara
konsentris dan terdiri atas lipid dan neurokeratin.Pada susunan saraf
pusat selubung mielin dibentuk oleh sel oligodendroglia sedangkan
pada susunan saraf tepi dibentuk oleh sel Schwann.
Dalam keadaaan segar selubung mielin sangat refraktil dan putih
(mielin memberikan warna putih pada substansia alba otak dan medula
spinalis). Mielin yang terutama terdiri atas lipid, melarut sesudah cara-cara
fiksasi biasa, meninggalkan anyaman bahan-bahan protein yang disebut
neurokeratin disekeliling serat saraf. Mielin dapat difiksasi dan terpulas
hitam osmium tetraoksida. Sesudah difiksasi denganbikromat, mielin dapat dapat
diwarnai dengan hematoksilin.
Dengan mikroskop cahaya, selubung mielin terlihat
sebagai silinder yang tidak sempurna atau terputus-putus, karena pada setiap
jarak 0,1-1,5 mm terdapat celah pada selubung-selubung yang dikenal
sebagai nodus Ranvier atau pinggetan Ranvier. Pada pulasan perak
nodus Ranvier akan terisi oleh endapan perak yang dikenal sebagai palang
Ranvier. Dengan mikroskop elektron terlihat bahwa mielin merupakan
suatu seri lapisan konsentris membran plasma sel Schwann atau oligodendroglia.
Proses Pembentukan Selubung Mielin
Proses pembentukan selubung mielin diawali oleh
terjadinya invaginasi serat saraf ke dalam sitoplasma sel Schwann.
Kedua ujung sitoplasma sel Schwann kemudian akan menyatu dan membungkus serat
saraf. Tempat penyatuan awal ini dikenal sebagai mesaxon interna. Mesaxon
kemudian meluas ke arah dalam membentuklapisan atau lamel-lamel sitoplasma sel
Schwann. Sitoplasma sel Schwann kemudian menghilang dan ke dua sisi dalam
membran sitoplasma akan menyatu dan menebal membentuk garis perioda.
Membran ekstraselular dari sitoplasma sel Schwann kemudian mendekat tetapi
tidak menyatu membentuk garis interperioda. Pada akhir proses mielinisasi
terjadi penyatuan dinding sitoplasma sel Schwann untuk kedua kali yang disebut mesaxon
eksterna.
Pada saat penyatuan kedua sisi dalam membran sitoplasma sel
Schwann terdapat kegagalan di beberapa tempat sehingga meninggalkan sejumlah
kecil sitoplasma yang terjerat dalam selubung milein yang dikenal
sebagai celah atau insisura Schmidt Lanterman. Fiksasi dengan menggunakan
osmium tetraoksida dapat menunjukkan adanya celah Schmidt Lanterman.
Pada SSP, proses pembentukan selubung mielin berjalan serupa
dengan proses pembentukan di SST, tetapi pada SSP satu sel oligodendroglia
dapat membuat selubung mielin untuk beberapa serat saraf.
Hipotesis tentang pembentukan lamel-lamel mielin ini dikenal
sebagai teori “Jelly Roll”.
Fungsi Selubung Mielin
Fungsi selubung mielin
adalah seperti insulator pada kawat listrik. Arus listrik meloncat dari dari
nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier berikutnya dengan sangat
cepat(saltatory conduction). Dengan demikian kecepatan rambat saraf
listrik pada saraf yang bermielin jauh lebih cepat dibandingkan dengan serat
saraf tanpa mielin.